HABLUMMINALLAAH WA HABLUMMINANNAAS
Dalam menyembah Tuhan, ada dua jalan vertikal dan
horizontal jalan yang mengarah ke atas disebut hablumminallaah dan jalan
yang mendatar dikenal dengan hablumminannaas.
Para ustad modern menyebut
kedua istilah di atas dengan ibadah ritual dan ibadah sosial. Shalat, puasa,
haji (walau ada kandungan dimensi soaialnya) adalah ibadah ritual. Silaturahmi
dengan tetangga, hubungan dengan teman dan komunikasi dengan makhluk tuhan
lainnya adalah ibadah sosial. Tidak pada tempatnya jika seseorang merasa bangga
dengan banyaknya melakukan ibadah-ibadah ritual, tetapi lalai dengan tanggung
jawab sosial.
Ada seorang yang selalu bangun tengah malam. Dia
melakukan shalat tahajud. Siang, ia berpuasa. Akan tetapi, kata-katanya suka
menyaki hati tetangga. “ Dia ahli neraka, “kata nabi saw.
Aktivitas kegamaan orang itu tidak membuat bagus
akhlaknya. Padahal agama adalah akhlak yang baik. Jadi, kemana hasil haji,
shalat dan puasanya? Semua haji, shalat dan puasanya dihapus Allah karena dia
menyakiti tetangga. Dia berbicara dengan perkataan yang keji kepada yang lain. Hablumminallaah-nya
menjadi cacat, lantaran hablumminannaas-nya rusak. Itu baru perkataan,
bagaimana kalau diikuti dengan perbuatan?
Asmaaul
Husnaa, nama-nama Tuhan yang baik, yang banyak kita
mengenalnya berjumlah sembilan puluh sembilan itu dimulai dengan Ar-Rahmaan,
yang mahakasih. Ini mengajarkan bahwa dalam segala kegiatan, ketika memulai
suatu komunikasi, tebarkan kasih terlebih dahulu. Bukan kebencian atau cacian.
Shalat dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Membesarkan Tuhan dan
menyampaikan salam kepada sesama. Salam adalah akhir dari hablumminallaah dan
awal dari hablumminannaas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar