Selasa, 30 Agustus 2016

HABLUMMINALLAAH WA HABLUMMINANNAAS

Dalam menyembah Tuhan, ada dua jalan vertikal dan horizontal jalan yang mengarah ke atas disebut hablumminallaah dan jalan yang mendatar dikenal dengan hablumminannaas. 

Para ustad modern menyebut kedua istilah di atas dengan ibadah ritual dan ibadah sosial. Shalat, puasa, haji (walau ada kandungan dimensi soaialnya) adalah ibadah ritual. Silaturahmi dengan tetangga, hubungan dengan teman dan komunikasi dengan makhluk tuhan lainnya adalah ibadah sosial. Tidak pada tempatnya jika seseorang merasa bangga dengan banyaknya melakukan ibadah-ibadah ritual, tetapi lalai dengan tanggung jawab sosial.

Ada seorang yang selalu bangun tengah malam. Dia melakukan shalat tahajud. Siang, ia berpuasa. Akan tetapi, kata-katanya suka menyaki hati tetangga. “ Dia ahli neraka, “kata nabi saw.

Aktivitas kegamaan orang itu tidak membuat bagus akhlaknya. Padahal agama adalah akhlak yang baik. Jadi, kemana hasil haji, shalat dan puasanya? Semua haji, shalat dan puasanya dihapus Allah karena dia menyakiti tetangga. Dia berbicara dengan perkataan yang keji kepada yang lain. Hablumminallaah-nya menjadi cacat, lantaran hablumminannaas-nya rusak. Itu baru perkataan, bagaimana kalau diikuti dengan perbuatan?

Asmaaul Husnaa, nama-nama Tuhan yang baik, yang banyak kita mengenalnya berjumlah sembilan puluh sembilan itu dimulai dengan Ar-Rahmaan, yang mahakasih. Ini mengajarkan bahwa dalam segala kegiatan, ketika memulai suatu komunikasi, tebarkan kasih terlebih dahulu. Bukan kebencian atau cacian. Shalat dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Membesarkan Tuhan dan menyampaikan salam kepada sesama. Salam adalah akhir dari hablumminallaah dan awal dari hablumminannaas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar